Majlis Maiyah Telatah Demak

Dari Karauke hingga air PDAM

Saya mencoba membaca pikiran dan keresahan orang-orang Demak dari sebuah forum group facebook Warga Demak. Di sana saya bisa mendengar curhatan, usul, protes Warga Demak, atau sekadar tegur sapa orang Demak yang sekarang ada di perantauan. Dalam satu bulan terakhir topik yang banyak dibicarakan adalah tentang karaoke. Ibu-ibu protes karena masih adanya tempat karaoke yang masih beroperasi padahal sudah ada Perda yang melarang. Ibu-ibu itu gregeten, sedih, dan marah. Mungkin mereka takut suami atau anak mereka terancam terjerat di room karaoke.

Yang kedua yang juga banyak dibicarakan adalah masalah PDAM. Perusahaan air milik daerah ini sering macet, entah alasannya. Keluhan tentang ini disampaikan berkali-kali dan mendapat respon cukup banyak. Maklum, apa yang bisa kita lakukan tanpa air? Belum lagi di tengah palayanan yang sering mati itu bayarnya malah naik.

Di sela dua tema besar yang dibicarakan tadi muncul juga masalah pengurusan stnk, ktp, sakit gigi, kridit motor, dan lain sebagainya. “Lur aku mau tanya nih. Ini aku sakit gigi, umurku 35 tahun, yang pernah punya pengalaman bagi dong. Yang jawab aku doakan rizkinya lancar.” Itu contoh salah satu curhatan tentang sakit gigi.

Ada juga yang seperti ini, “Lur, aku mau tanya jangan di bully ya? Aku barusan didatangi pegawai fif, mereka menagih kridit motorku padahal motorku sudah aku jual, rupanya yang beli tidak bayar kridit sampai tiga bulan. Piye ya lur, mohon solusinya ya lur?”

Demak adalah sebuah kampung besar, dan penghuni facebook Warga Demak semuanya adalah tetangga yang layak dicurhati, dimintai saran, dimintai solusi. Sekarang ini media sosial adalah tetangga paling dekat. Jika ke tetangga kita masih harus melangkah, mengetuk pintunya, basa-basi dulu, jika di media sosial tinggal ketik di hp yang pastinya selalu menempel di tangan kita. Curhat dumulai. Curhat di media sosial bukan tanpa resiko, resikonya adalah di bully, dieiek, ditertawakan, dicemooh yang kadang-kadang menggunakan bahasa yang kasar. Maka dari itu sebelum curhat sering kali dimulai dengan kata-kata, “Ampun di bully ya Lur”.

Dari media sosial itu kita bisa mengetahui apa-apa yang menjadi keresahan masyarakat. Hal itu sebenarnya membantu pemerintah dan anggota parleman. Ia tidak perlu mengeluarkan dana untuk menyerap aspirasi. Memang tidak semua isu bisa dianggap sebuah isu yang penting. Namun jika kita mengamati secara rutin makan kita bisa mengamati mana isu yang pokok dan mana isu yang hanya masalah sepele. Jika pemerintah diselenggarakan sebagai pengemban mandat, ia dipilih untuk menyelesaikan persoalan-persoalan, ia difasilitasi, didanai dengan sumber daya alam dan pajak, maka persoalan yang beredar di media sosial kota itu harusnya diserap.

Demikian juga dengan wakil rakyat. Di era semua orang bisa dan berani menyampaikan kenyataan dan pendapat, maka aspirasi adalah mendengarkan mereka kemudian memperjuangkannya. Dalam sebuah jabatan terdapat dua segi yaitu fasilitas dan tanggung jawab, Anda menginginkan fasilias atau tanggungjawabnya? Anda sudah mendapatkan fasilitas, apakah tanggungjawab sudah Anda perjuangkan. Dari saya sekolah SMA sekitar 25 tahun yang lalu, area stasiun Ganepo selalu macet, dan sampai sekarang masih begitu. PDAM airnya sering macet, karaoke masih juga beroperasi, terus kamu ngapain? Dan menjengkelkan lagi kau lagi-lagi menyeru kami untuk berangkat ikut pemilu.

Dosen di Universitas PGRI Semarang. Penulis buku Soko Tatal dan kumpulan cerpen Di Atas Tumpukan Jerami. Penggiat di Simpul Gambang Syafaat Semarang dan Maiyah Kalijagan Demak.