Majlis Maiyah Telatah Demak

Proses Sareh Menjadi Saleh

Reportase Majlis Maiyah Kalijagan edisi Jum’at Legi, 2 November 2018/ 24 Shaffar 1440 | Sing Sareh, Saleh! | bagian ketiga

 

Pemaparan berganti kepada Mas Nadhif. Beliau menyampaikan bahwa bila sabar ada batasnya, berarti sudah tidak sabar. Begitu konsep sabar yang dipahami Mas Nadhif. Meski antara satu pembicara dengan pembicara lainnya berbeda, namun orang Maiyah memiliki kesadaran bahwa kebenaran tidak hanya tunggal, kecuali kebenaran yang sejati. Satu orang dengan orang lain, bisa saja memiliki perbedaan dalam sikap dan pandangannya. Namun kemesraan dan kebersamaan menjadi hal utama dalam Maiyahan, dimana pun berada.

Kembali kepada Mas Nadhif. Beliau melanjutkan pemaparan bahwa orang yang tidak sabar terkadang berpikir sudah melakukan sesuatu yang terbaik menurutnya. Sudah punya ukuran sendiri. Berpendapat harusnya begini begitu, misalnya. Bila tidak sesuai dengan yang ia mau, ia tidak puas dan tidak bisa menerima. “Ketika kita memiliki kesadaran bahwa kita tidak punya daya apapun, kita akan bisa menerima keadaan apapun.” papar Mas Nadhif. Dari kemerasa-tidak-berdayaan itu, Allah telah menuntun kita dalam Al-Qur’an mengenai konsep tersebut.

Saat orang mengatakan dirinya hebat, sementara orang saleh merasa dirinya tidak hebat. Sebab yang hebat semata hanya Allah. Itulah orang saleh, yang merujuk pada pendapat Mas Nadhif. Perilaku orang saleh mencerminkan kebesaran jiwa yang sareh. “Kualitas jiwa orang yang sareh akan berkembang menjadi saleh, berangkat dari proses bersabar.” tutur Mas Nadhif. Beliau juga mengungkapkan bahwasanya konotasi sareh mendekati sabar. Sareh itu suatu kondisi dari kekacauan emosi menuju pada ketenangan emosi.

Kemudian beliau menyudahi bicaranya dan mengajak berdiskusi saja. Agar lebih gayeng dan tidak membosankan. Agar kita benar-benar sinau bareng, tidak sebagaimana instansi pendidikan menyelenggaran pendidikannya. Satu, dua orang dijadikan sebagai media penghantar ilmu, yang lainnya sekadar obyek pemahaman dan pemikiran dari satu, dua orang. Sebab Maiyah adalah ruang egaliter, antara satu dengan lainnya saling menjadi guru dan saling menjadi murid.

Sebelum benar-benar beliau meletakkan mikrophonnya. Beliau menyinggung tema bulan Oktober, perihal sedekah. “Kemarin sudah belajar sedekah. Sedekah yang paling ringan adalah berbagi ilmu, berbagi pengalaman. Saya yakin ada yang punya ide langsung dari Allah. Nah sekarang monggo disedekahkan.” tutupnya sembari mengucap salam dan meletakkan mikropon. Ruang dikembalikan kepada Kang Ahyar, selaku moderator malam itu dan kepada jamaah yang akan berbagi ilmu dan pengalamannya. [Ajib/ Redaksi Kalijagan.com]

Majlis Masyarakat Maiyah Kalijagan Demak adalah bagian dari Majlis Masyarakat Maiyah Nusantara.