Majlis Maiyah Telatah Demak

Kucing Pun Maiyahan

Beda peradaban, beda pula cara orang menyikapi sesuatu. Misal di Mesir pada masa dinasti Fir’aun kucing amat dipuja karena dianggap sebagai titisan dewa. Sedangkan di Eropa, kucing dianggap pembawa bencana. Bahkan pernah terjadi pemusnahan hewan lucu ini. Dilakukan secara besar-besaran. Padahal wabah yang dianggap kutukan pada masa itu adalah jenis penyakit pes yang ditularkan tikus, diakibatkan meningkatnya populasi tikus dan berkurangnya populasi kucing sebagai predator.

Dalam perjalanan waktu peradaban Islam, kucing menjadi sahabat sejati dalam setiap perjalanan perkembangan Islam. Kabarnya, Rasulullah punya seekor kucing yang suatu ketika tidur di jubahnya​. Ketika Rasulullah hendak sholat dan mendapati kucingnya sedang tidur di atas lengan jubahnya, Rasulullah memotong bagian tersebut. Karena enggan mengganggu tidur si kucing. Sepertinya para JM sudah mengetahui cerita tersebut. Sehingga meneladani sikap tersebut dengan tidak mengusir kucing yang hadir saat maiyahan Kalijagan kemarin (jum’at, 3/8).

Ya, kemarin seekor kucing juga hadir melingkar di Kalijagan. Warnanya putih dengan belang berwarna hitam. Berjalan kesana kemari, kadang mendekati JM meminta duduk di pangkuan. Tak ada yang tahu persis kucing tersebut dari mana datangnya. Namun sepertinya kucing tersebut sudah ada disana saat para penggiat menggelar tikar, mengudari kabel, memasang lampu, dan memasang MMT backdrop bertuliskan Kalijagan.

Bahkan pada suatu sesi, ketika pembicara menyampaikan materi, kucing tersebut juga terlihat duduk tenang seolah ikut​ mendengarkan, sampai pembicara selesai menyampaikan. Padahal cukup lama. Seolah mengerti dengan tak mengganggu para JM yang sedang menyimak serius yang disampaikan pembicara.

Sepertinya kucing tersebut juga ingin menguji kesabaran dan sejauh mana perilaku JM dalam menghadapi kucing. Dengan selalu mendekat, mengganggu ketika para JM sedang makan nasi bungkus seusai acara. Dan ternyata para JM santai saja menghadapinya. Berbagi nasi, berbagi lauk dengan kucing, meski hanya lauknya saja yang dimakan kucing tersebut. Selesai makan, kucing tersebut baru pergi, seperti para JM yang lain.

Ada dua kemungkinan mengapa orang-orang tak ada yang mengusir kucing itu. Pertama, para JM sadar untuk menerima sesama makhluk Allah. Dan meneladani sikap Rasulullah terhadap kucing. Kedua, ada yang ingin mengusir kucing tersebut tetapi sadar diri, karena banyak orang berbuat ramah terhadap kucing. Karena kadang tidak semua orang menyukai kucing. Mudah-mudahan yang pertama adalah yang terjadi kemarin.

Redaktur Kalijagan.com. Menulis esai, reportase dan puisi. Penggiat Maiyah Kalijagan Demak. Selain itu juga jago dalam reparasi jam tangan.