Majlis Maiyah Telatah Demak

Bangsa Garuda yang Cidera

Dahulu kala bangsa ini terlahir dari rahim ibu garuda yang perkasa, pantaslah di masa silam Garuda bangsa ini menjadi jaya bahkan menguasai dunia. Tak heran bangsa Garuda di masa silam menjadi mercusuar dunia bukan hanya karena keturunan ibu yang perkasa, akan tetapi semenjak kecil bangsa Garuda telah diajarkan oleh ibunya tentang falsafah hidup yang agung.

Saat kecil oleh sang ibu diajarkannya tentang kuasa Tuhan atas kehidupan alam semesta sehingga tak ada alasan untuk bangsa Garuda tidak memuja Tuhan pencipta alam. Bangsa Garuda diajarkan bagaimana dia hendaknya menghargai alam ini dengan sungguh-sungguh merawat, mengelola dan menjaga, dengan tidak menyakiti apalagi merusaknya. Sungguh ajaran yang mulia.

Bangsa Garuda juga belajar tentang toleransi antar sesama manusia. Tidak memandang perbedaan suku, ras, budaya, pola pikir, tingkat pendidikan, kondisi sosial budaya, manajemen hidup sampai perbedaan mazhab keagamaan sebagai sebuah celah yang berpotensi konflik dan perpecahan. Bangsa Garuda mengerti tentang bagaimana merawat warisan budaya, adat istiadat dan unggah-ungguh seorang manusia dari skala individual sampai ke skala nasional menuju alam semesta.

Sangat layak ketika di masanya bangsa Garuda begitu kuat dan perkasanya di mata dunia. Atas kehebatannya itulah banyak bangsa lain yang terlalu jatuh cinta hingga bernafsu untuk memiliki dan mengeksploitasinya.

Sebut saja dua bangsa diantara sekian banyak bangsa yang mencoba memiliki bangsa Garuda dengan cara melakukan penjajahan. Belanda dan Jepang selama berabad-abad begitu mencintai bangsa Garuda sampai-sampai melakukan penjajahan yang sangat tidak manusiawi.

Lantas apakah bangsa Garuda lemah karena penjajahan itu? Tidak semudah itu membuat bangsa Garuda lemah tak berdaya. Bahkan bangsa Garuda mempunyai potensi kekuatan dirinya atas penjajahan berjuta-juta kali lipat dibandingkan penjajahan yang selama ini dialaminya.

Memang seperti itulah kekuatan bangsa Garuda, sebuah bangsa yang mungkin ditakdirkan dunia untuk “memimpin dan mengasuh” dunia.

Kini, bangsa Garuda mengalami kondisi yang nampaknya membuat lemah terkulai tak berdaya. Belenggu penjajahan modern telah menciderai bangsa Garuda begitu parahnya. Penjajahan modern yang memiliki strategi penghancuran budaya leluhur membuat bangsa Garuda lunglai. Mengakibatkan rusaknya mental manusia dalam bangsanya yang begitu parahnya.

Generasi muda bangsa Garuda tercuci otaknya dengan slogan dan premis-premis budaya globalisasi. Seperti hedonisme dan penyembahan terhadap keduniawian. Dimana dahulu sang ibu Garuda menganggap budaya itu begitu “pamali” sehingga tabu untuk dilakukan.

Akibat dari perusakan budaya itulah menjadikan bangsa Garuda memiliki mental materialistis, jumawa, egosentris, emosional, intoleran dan menjauh dari peradaban budaya falsafah masa silam. Berbekal kebobrokan peradaban itu bangsa Garuda menerapkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selama bertahun-tahun sehingga menyebabkan sakit yang kronis.

Bangsa Garuda tak mampu mengelola dan memanajemen hidupnya. Mengakibatkan ketimpangan dan perampokan nasional terhadap bangsanya sendiri. Cara tak beradab itu dilakukan demi terpenuhinya nafsu materealistis dan keduniawian. Membuat bangsa Garuda tak mampu bangkit dari kondisi lukanya.

Masyarakat bangsa Garuda bergejolak menuntut keadilan dari pemimpin bangsa yang lalim. Keterpurukan sosial politik diperparah dengan ketidakberdayaan masalah ekonomi dan budaya membuat bangsa Garuda dalam kondisi cidera yang sangat parah.

Lalu bagaimana bangsa Garuda bangkit? Dengan modal keyakinan apa bangsa Garuda akan sembuh dari cidera parahnya? Apakah kondisi semacam ini akhir dari bangsa Garuda yang perkasa? Dimulai dari manakah semua kondisi ini bisa diperbaiki?

Harapan akan selalu ada jika kita kembali belajar dari sang ibu Garuda. Belajar dari falsafah dan pola hidup ibu Garuda yang selama ini telah ditinggalkan, yang tergantikan dengan globalisasi dan modernisasi.

Kabarnya Tuhan akan mengutus seorang pemimpin yang datangnya dari timur bangsa Garuda untuk membenahi dan mengobati cidera bangsa ini. Garuda akan tetap menjadi Garuda. Semoga.

Jamaah maiyah Kalijagan yang berdomisili di Yogyakarta. Pernah kuliah di Universitas PGRI Yogyakarta. Pekerja Sosial.