Majlis Maiyah Telatah Demak

Di Serambi Paguyuban

di serambi paguyuban, berkumpul pohon-pohon yang tinggi rendahnya tidak sama. namun semua merunduk duduk oleh angin kesadaran yang sama muasalnya. ada kelapa, ada palm, ada pepaya.

di serambi paguyuban, pohon-pohon dengan corak daun yang beragam: segitiga, bentuk hati, bergelombang, bulat datar dan corak lainnya merapatkan shaf barisannya. membentuk hutan yang rimbun kasih sayangnya. memayungi kegersangan dan menjaga kehidupan semesta.

di serambi paguyuban, warna daun tidak saja hijau. ada ungu, ada biru dan juga merah. semuanya memadu sebagai klorofil, pemanggil hujan, angin dan terik. agar batang dan ranting tetap hidup memangku daun-daun.

di serambi paguyuban, tidak hanya pohon yang berkumpul dan merangkul. manusia, hewan, jin, setan, dhemit, kuntilanak, genderuwo berkumpul. memusyawarahkan ribuan bahkan jutaan pendapat. mencari kemesraan dan kasih sayang diantara kesepakatan-kesempatan yang termaktub.

di serambi paguyuban, kita belajar mengartikulasi tawa dan mengeja air mata.

 

Rifa Map, Jumadil Awwal 1439

“dibacakan ketika Majlis Maiyah Kalijagan yang berulang tahun pertama, 2 Februari 2018”

Perintis Usaha Mata Production, mantan Kabiro Jateng dan wartawan Majalah Ruang Rekonstruksi. Menulis puisi, cerpen, esai, kolom. Penggiat Maiyah Kalijagan Demak.