Majlis Maiyah Telatah Demak

Sedekah Bumi

Setiap desa tradisional di Jawa pasti memiliki upacara tradisi Sedekah Bumi. Waktu pelaksanaannya yang berbeda-beda bergantung dari punden yang menjadi pusat desa. Punden adalah tempat-tempat keramat di sebuah desa. ia biasanya menjadi pusat desa. Pada tempat ini masyarakat mengirim sesaji saat mau menyelenggarakan acara, menyelenggarakan acara selematan. Pepunden terkadang berbentuk makam, sendang, gua, pohon besar. Punden adalah representasi dari leluhur-orang yang dipercaya buka alas, atau orang yang mengawali hidup desa. Punden ini menggantikan tradisi sebelumnya yaitu ‘danyang’ yaitu ruh penunggu suatu tempat.

Posisi punden ini bisa malati, kualat bagi orang-orang yang melanggar tabu-tabu yang telah dipercaya dan dapat memberi berkah bagi mereka yang melaksanakan anjuran. Uniknya walat dan berkah ini mengarah pada pelestarian alam. Seperti tidak boleh menang pohon tertentu pada suatu tempat jika memaksa menebangnya maka akan mendapat walat atau kualat.

Sedekah bumi adalah warisan budaya agraris- di mana masyarakat menggantungkan hidupnya terhadap yang tumbuh dari tanah sebagai bentuk terima kasih dan doa atas keselamatan dan  harapan agar bumi terus memberi manfaat. Sama halnya dengan sedekah laut-masyarakat terima kasih terhadap laut yang memberikan penghidupan. Mari kita renungkan, mungkinkah kita hidup tanpa bergantung terhadap bumi? Kita berpijak di atasnya, selayaknya kita merawatnya. Bumi adalah rumah kita bersama. Selayaknya kita membersihkannya setiap saat, menyingkirkan segala kotoran yang ada di sana, dan menghindarkannya dari kerusakan. Itulah makna sedekah bumi sekarang ini. Kalijagan pada edisi Juni 2025 akan membincang tentang ini.

Majlis Masyarakat Maiyah Kalijagan Demak adalah bagian dari Majlis Masyarakat Maiyah Nusantara.