Majlis Maiyah Telatah Demak

Semesta Resolusi

Setiap pergantian tahun, manusia ramai-ramai bersepakat untuk berubah. Kalender menjadi semacam saksi janji, seolah hidup baru sah dimulai setelah angka berganti. Resolusi ditulis, diumumkan, bahkan dipamerkan, namun sering kali tidak benar-benar dipahami. Kita menaruh harapan besar pada momen, bukan pada kesadaran. Padahal barangkali pertanyaannya bukan “apa resolusimu tahun ini?”, melainkan “kapan terakhir kali kamu benar-benar hadir pada dirimu sendiri?”

Resolusi sering disalahpahami sebagai rencana, padahal ia lebih dekat dengan kesadaran. Manusia adalah kutub perubahan, bukan karena ia selalu bergerak, tetapi karena ia selalu berpotensi memilih. Setiap detik kita sedang memutuskan: meneruskan kebiasaan lama atau memperbarui cara menjadi manusia. Resolusi bukan alat untuk mengendalikan masa depan, melainkan keberanian untuk bertanggung jawab pada saat ini. Dalam logika ini, perubahan tidak menunggu waktu yang ideal, sebab hidup tidak pernah menyiapkan karpet merah bagi siapa pun.

Menjadi pribadi transformatif tidak identik dengan berubah drastis atau terlihat heroik. Justru perubahan paling jujur sering berlangsung diam-diam, di ruang batin yang tidak disorot siapa pun. Saat kita memilih mendengar sebelum bereaksi, memahami sebelum menghakimi, atau mengalah demi menjaga kemanusiaan, di situlah resolusi bekerja. Transformasi bukan peristiwa, melainkan proses yang terus berlangsung. Ia hidup dalam kesadaran kecil yang dirawat setiap hari.

Kita sering memperlakukan waktu seperti tabungan yang bisa disimpan untuk nanti. Padahal waktu lebih mirip arus sungai: ia mengalir terus, apakah kita sadar atau tidak. Menunda resolusi berarti membiarkan arus membawa kita tanpa arah. Setiap detik sesungguhnya adalah pintu, bukan hanya menuju masa depan, tetapi menuju versi diri yang lebih jujur. Ketika satu detik terlewat tanpa kesadaran, ia tidak kembali, dan kita kehilangan satu kesempatan untuk bertumbuh.

Konsistensi tidak lahir dari tekad besar, tetapi dari kesetiaan pada langkah kecil. Menjadi manusia yang terus bertransformasi tidak harus selalu berhasil, yang penting terus belajar. Jatuh, bangun, keliru, lalu menyadari kembali arah pulang, itulah laku resolusi yang hidup. Perubahan yang kecil namun dirawat lebih bermakna daripada perubahan besar yang hanya direncanakan. Sebab hidup bukan lomba mencapai target, melainkan perjalanan menjaga kesadaran.

Maka resolusi tidak perlu menunggu tahun berganti. Ia bisa dimulai saat ini, di napas yang sedang kita hirup, di pilihan yang sedang kita ambil. Menjadi orang baik tidak menunggu momen istimewa, karena kebaikan justru diuji dalam keseharian yang biasa. Resolusi yang sejati bukan sesuatu yang diumumkan, melainkan sesuatu yang sedang dijalani. Dan barangkali, di situlah manusia belajar: perubahan tidak datang dari waktu, tetapi dari kesadaran yang setia menemani waktu.

 

Pengasuh Kalatara Channel